Kamis, 22 Maret 2018

NARASI KEMANUSIA DAN KEBUDAYAAN
Pada tahun 1999, 28 Agustus telah lahir seorang bayi laki-laki yang diberi nama dimas hilmawan, itulah aku. Aku anak ke-2 dari 2 bersaudara dari pasangan bapak sulchin dan ibu murningsih. Aku mempunyai seorang kakak laki-laki dengan selisih umur 3 tahun. Aku lahir di Jakarta tapi Aku berdarah Jawa. Ayahku asli dari Kudus jawa tengah dan ibuku asli dari Tegal jawa tengah. Kami sekeluarga menganut agama islam dan sekarang tinggal di Duren sawit, Jakarta Timur.

Pada saat aku berumur 5 tahun, aku masuk tk. Setahun kemudian aku masuk sd yaitu di SDIT ASY-SYAAKIRIIN. Aku  belajar dirumah bersama ibuku sampai nilai UN ku 26 dan aku melanjutkan ke smp 51  Negeri Jakarta. Dan setelah smp aku melanjutkan ke smk BPS&K2 jakarta sampai aku sekarang kuliah diGUNADARMA.

Hampir setiap lebaran kami selalu mudik ke kampung. Di kampung banyak saudara-saudara. Di kampung ku orangnya ramah dan santun. kami biasa lebaran di kampung ibu ku Tegal. Setelah lebaran di tegal biasanya kami menuju ke kampung  bapakku Kudus. Karena sering mudik dan berinteraksi dengan orang-orang dikampung akupun jadi bisa bahasa jawa. Walaupun Kudus dan Tegal sama-sama  bahasa jawa tapi ada perbedaan dalam bahasanya.

Kalau mudik pasti selalu macet dan itulah ciri khasnya mudik lebaran pasti macet. Tapi demi berkumpul  dan bersilahturahmi dengan saudara macet pun bukan menjadi suatu masalah. Dikampung bapakku ada yang namanya Tradisi Kupatan. Perayaan kupatan dilakukan 1 minggu setelah Lebaran / Idul Fitri. Dalam acara kupatan akan ada gunung yang terbuat dari ketupat yang mana akhirnya akan menjadi direbutkan oleh masyarakat setempat. Ini adalah acara puncak dan meriah saat kupatan di kota Kudus.

Di kudus juga terkenal  dengan kulinernya misalnya yang sering kami makan soto kudus. Dikampungku banyak sekali keragaman budaya budayanya.Jika kami akan pulang ke Jakarta biasanya orang tuaku membeli oleh-oleh jenang kudus. dan masih banyak lagi oleh oleh khas kudus

Manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena dalam kehidupannya tidak mungkin tidak berurusan dengan hasil-hasil kebudayaan, setiap hari manusia melihat dan menggunakan kebudayaan, bahkan kadang kala disadari atau tidak manusia merusak kebudayaan. Di Indonesia banyak sekali keragaman budayanya contoh nya dikampungku. Makanya kita dan terutama anak mudanya harus melestarikan budaya Indonesia agar tidak diakui oleh Negara lain.



BIOGRAFI SINGKAT IDOLA

Dr. (H.C.) Drs. H. Mohammad Hatta (populer sebagai Bung Hatta, lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, 12 Agustus 1902 – meninggal di Jakarta, 14 Maret 1980 pada umur 77 tahun) adalah pejuang, negarawan, dan juga Wakil Presiden Indonesia yang pertama. Ia mundur dari jabatan wakil presiden pada tahun 1956, karena berselisih dengan Presiden Soekarno.

Hatta dikenal sebagai Bapak Koperasi Indonesia. Bandar udara internasional Jakarta menggunakan namanya sebagai penghormatan terhadap jasanya sebagai salah seorang proklamator kemerdekaan Indonesia.


Hatta lahir dari keluarga ulama Minangkabau, Sumatera Barat. Ia menempuh pendidikan dasar di Sekolah Melayu, Bukittinggi, dan pada tahun 1913- 1916 melanjutkan studinya ke Europeesche Lagere School (ELS) di Padang. Saat usia 13 tahun, sebenarnya ia telah lulus ujian masuk ke HBS (setingkat SMA) di Batavia (kini Jakarta), namun ibunya menginginkan Hatta agar tetap di Padang dahulu, mengingat usianya yang masih muda. Akhirnya Bung Hatta melanjutkan studi ke MULO di Padang.

Baru pada tahun 1919 ia pergi ke Batavia untuk studi di Sekolah Tinggi Dagang “Prins Hendrik School”. Ia menyelesaikan studinya dengan hasil sangat baik, dan pada tahun 1921, Bung Hatta pergi ke Rotterdam, Belanda untuk belajar ilmu perdagangan/bisnis di Nederland Handelshogeschool (bahasa inggris: Rotterdam School of Commerce, kini menjadi Universitas Erasmus). Di Belanda, ia kemudian tinggal selama 11 tahun.

Saat berusia 15 tahun, Hatta merintis karir sebagai aktivis organisasi, sebagai bendahara Jong Sumatranen Bond (JSB) Cabang Padang. Di kota ini Hatta mulai menimbun pengetahuan perihal perkembangan masyarakat dan politik, salah satunya lewat membaca berbagai koran, bukan saja koran terbitan Padang tetapi juga Batavia. Lewat itulah Hatta mengenal pemikiran Tjokroaminoto dalam surat kabar Utusan Hindia, dan Agus Salim dalam Neratja.

Hatta mengawali karir pergerakannya di Indische Vereeniging pada 1922, lagi-lagi, sebagai Bendahara. Penunjukkan itu berlangsung pada 19 Februari 1922, ketika terjadi pergantian pengurus Indische Vereeniging. Ketua lama dr. Soetomo diganti oleh Hermen Kartawisastra. Momentum suksesi kala itu punya arti penting bagi mereka di masa mendatang, sebab ketika itulah mereka memutuskan untuk mengganti nama Indische Vereeniging menjadi Indonesische Vereeniging dan kelanjutannya mengganti nama Nederland Indie menjadi Indonesia. Sebuah pilihan nama bangsa yang sarat bermuatan politik. Dalam forum itu pula, salah seorang anggota Indonesische Vereeniging mengatakan bahwa dari sekarang kita mulai membangun Indonesia dan meniadakan Hindia atau Nederland Indie.


Pada tahun 1945, Hatta secara aklamasi diangkat sebagai wakil presiden pertama RI, bersama Bung Karno yang menjadi presiden RI sehari setelah ia dan bung karno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Oleh karena peran tersebut maka keduanya disebut Bapak Proklamator Indonesia.



PUISI TENTANG KEGELISAHAN
Malam ini rembulan bersinar terang
Terangnya menenggelamkan ku dalam kegelisahan
suara angin begitu kencang
sekencang hati ku berdebar debar
kegelisahan hati ini sangat sulit kuartikan
memikirkan beban yang begitu berat
beratnya tak bisa aku hitungkan karena kegelisahan ini
mengapa sulit bagi ku untuk bicara
banyak yang ingin ku ungkapkan tentang beban berat ini
tapi kenapa bibir ini tak bisa membuka
tertutup rapat,kaku,tak bisa terbuka
seolah oleh bibirku seperti di lem
gerangan apakah yang menyebabkan ini terjadi???
sudah ku coba untuk mencari jawaban
atas kegelisahan hati ini
tapi tak kunjung ku temukan apa jawabnya